SELAMAT DATANG DI BLOG INI, BLOG TEMPAT BERBAGI ILMU

Senin, 01 Mei 2017

Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Sekitar Terhadap Perkembangan Remaja

Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Sekitar Terhadap Perkembangan Remaja
Oleh : Kal Kausar (53416803)

A.    Latar Belakang
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.Usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.

Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall “ adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya. Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
Menururt Hurlock (1964) Remaja awal (12/13 th – 17/18 th), remaja akhir (17/18 th – 21/22 th). WHO menyatakan walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, namun batasan itu juga berlaku pada remaja pria, dan WHO membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun.


B.     Tujuan Penulisan
Tujuan penusilan makalah yang berjudul “Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Sekitar Terhadap Perkembangan Remaja” adalah agar mahasiswa mengetahui seberapa pentingnya peran keluarga dan lingkungan sekitar terhadap perkembangan remaja, juga agar orang tua memberikan perhatian penuh kepada anak-anaknya agar perkembangan remaja berjalan dengan haluan yang benar.

C.    Landasan Teori
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Lingkungan sosial ialah interaksi diantara masyarakat dengan lingkungan, ataupun lingkungan yang juga terdiri dari makhluk sosial atau manusia. Lingkungan sosial inilah yang kemudian membentuk suatu sistem pergaulan yang memiliki peranan besar di dalam membentuk sebuah kepribadian seseorang, dan kemudian terjadilah sebuah interaksi diantara orang atau juga masyarakat dengan lingkungannya.
Lingkungan sosial dari seseorang pertama kali dibentuk di dalam sebuah lingkungan keluarga, dan kemudian lingkungan keluarga yang menjadi media pertama yang memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang dan yang paling utama yaitu anak-anak. Karena di dalam lingkungan keluarga setiap anggota dari keluarga terutama anak-anak diberikan berbagai macam pendidikan supaya mampu menjadi seorang anak yang mandiri.
Secara etimologi, istilah remaja meliputi dua istilah yang membedakan remaja itu sendiri, yaitu istilah pubertas dan adolesen. Perbedaan ini berdasarkan peninjauan atas kematangan-kematangan yang menonjol yang terjadi pada masa remaja itu. Istilah pubertas menunjukkan kepada adanya psikis remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Moh. Surya (1990 : 89) bahwa pubertas (puberty) berasal dari kata pubes yang artinya “bulu”. Jadi masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan jasmani seperti tambah bulu, tinggi, dan berat badannya, kematangan organ-organ seks, dan sebagainya.

Sedangkan istilah adolesen diarahkan dengan tumbuh kematangan atau kedewasaan yang meliputi seluruh aspek kepribadian baik fisik maupun mental. Selanjutnya yang masih sama memberikan istilah remaja dengan istilah pubertas dan adolesen ini ialah Y. Singgih D. Gunarso (1989 : 4) bahwa remaja dapat disebut dengan pubertas, adolesen, dan youth.
Secara terminologi para ahli psikologi tidak sama memberikan pengertian remaja. Hal ini disebabkan adanya pandangan dalam meninjau masa remaja, selain itu situasi lingkungan kebudayaan tempat remaja berada pun turut menentukan dalam pemberian batasan pengertian remaja.

D.    Analisis
Masa pra remaja ditandai dengan meningkatnya cara berpikir kritis. Anak tanggung selalu menanyakan sebab-sebab, akibat-akibat dengan cara menyanggah pendapat orang dewasa. Pada masa ini mudah terjadi identifikasi yang sifatnya emosional dengan teman sebaya yang sejenis. Minat dan aktivitas mulai mencerminkan jenisnya secara lebih jelas. Pengendalian emosi dan kesediaan bertanggung jawab lebih terlihat melalui perbuatan atau tindakan. Perkembangan anak berlangsung dengan cepat disertai dorongan kuat untuk ekspansi diri dan berpetualan karena merasa bias dan tangkas. Pengaruh kelompok sebaya sangat besar, sedangkan pengendalian dari pihak orang tuda dan orang dewasa berkuraang. Anak tanggung sering menolak segala hal yang dianggap baik oleh orang tua. Perilaku mengkritik orang tua menyusahkan orang tua. Namun demikian anak tanggung tetap memerlukan kehangatan dan keserasian dalam keluarga dirumah dan membutuhkan dukungan emosiona orang tua bila mengalami kekecewaan dalam pergaulan. Pengertian orang tua sangat dibutuhkan justru pada saat ia mengalami kepahitan hidup karena kegagalannya, menyesuaikan dalam kelompok sebaya. Dalam hubungannya dengan saudara-saudara dirumah, mereka lebih memperoleh kesan dari saudara yang lebih tua. Sebaliknya adik-adik tidak dianggap, bahkan disuruh-suruh atau dihindari. Anak tanggung pada saat-saat tertentu bias ramah, tetapi saat berikutnya siap tempur(berkelahi).  Kadang-kadang mereka menyenangi perilaku yang penuh kejutan-kejutan, ancaman dan perilaku mengganggu orang lain. Mereka mudah mencari dukungan dari saudara ataupun teman untuk bersatu melawan orang tuan atau guru. Dalam kehidupan keluara perlu diperhatikan agar ada komunikasi yang baik, untuk memudahkan penyaluran kasih saying yang dibutuhkannya.
Pada masa ini, anak laki-laki dan perempuan senang bergabung dengan mereka yang sebaya, jenis dan status yang sama. Mereka cepat membentuk hubungan-hubungan emosional dan membanggakan temannya atau kelompok mereka. Kalau pengaruh kelompok bertambah dan sebaliknya pengaruh orang tua berkurang, maka identifikasi terhadap orang tua beralih ke identifikasi kelompok. Ikatan dengan teman sebaya ditandai dengan loyalitas dan solidaritas yang kuat dan mengurangi pengaruh orang tua, sehingga kehidupan kelompok sangat berkesan terhadap perkembangan kepribadian. Pengaruh keluarga atau orang tua dan pengaruh kelompok bersama-sama membentuk sikap dan minatnya. Seyogyanya kedua pengaruh ini saling mendukung, tetapi sering kali keduanya justru berlawanan, sehingga mengakibatkan timbulnya konflik dan cemas pada anak.
E.     Kesimpulan
Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan sendirinya segala perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan individu. Perubahan yang begitu cepat memberikan konsekwensi bagi individu untuk dapat menye-suaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang makin lama makin meningkat. Demikian juga dengan keadaan di lndonesia; hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan nilai-nilai sosial budaya. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini, generasi muda sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita pembangunan perlu diperhatikan. Hal ini sejalan dengan posisi generasi muda sebagai kader bangsa yang tangguh, ulet serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan pada mereka. Membentuk individu yang berkualitas dan matang baik secara intelektual, emosional, dan sosial bukan merupakan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan suatu proses yang melibatkan peran lingkungan, mulai dari individu tersebut lahir sampai mencapai usia dewasa.

F.     Referensi
Gunarsa, Singgih D.2004. Psikologi Praktis anak, remaja, dan keluarga.Jakarta : Gunung Mulia
Gunarsa, Singgih D.2008. Psikologi perkembangan anak dan remaja .Jakarta : Gunung Mulia




Tidak ada komentar:

Posting Komentar