Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Sekitar Terhadap
Perkembangan Remaja
Oleh : Kal Kausar (53416803)
A.
Latar Belakang
Remaja didefinisikan sebagai tahap
perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai
sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia
20 tahun.Usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita,
dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.
Ada dua pandangan teoritis tentang
remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh psikolog G.
Stanley Hall “ adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja
adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana
terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang
yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan,
serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987).
Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di
masa remaja penuh dengan konflik.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa
remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh
pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan
baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja
yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan
tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik).
Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat
beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
Menururt Hurlock (1964) Remaja awal
(12/13 th – 17/18 th), remaja akhir (17/18 th – 21/22 th). WHO menyatakan
walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas)
wanita, namun batasan itu juga berlaku pada remaja pria, dan WHO membagi kurun
usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20
tahun.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan penusilan makalah yang berjudul “Pengaruh
Keluarga dan Lingkungan Sekitar Terhadap Perkembangan Remaja” adalah agar
mahasiswa mengetahui seberapa pentingnya peran keluarga dan lingkungan sekitar
terhadap perkembangan remaja, juga agar orang tua memberikan perhatian penuh
kepada anak-anaknya agar perkembangan remaja berjalan dengan haluan yang benar.
C.
Landasan Teori
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Lingkungan sosial ialah interaksi
diantara masyarakat dengan lingkungan, ataupun lingkungan yang juga terdiri
dari makhluk sosial atau manusia. Lingkungan sosial inilah yang kemudian
membentuk suatu sistem pergaulan yang memiliki peranan besar di dalam membentuk
sebuah kepribadian seseorang, dan kemudian terjadilah sebuah interaksi diantara
orang atau juga masyarakat dengan lingkungannya.
Lingkungan sosial dari seseorang pertama
kali dibentuk di dalam sebuah lingkungan keluarga, dan kemudian lingkungan
keluarga yang menjadi media pertama yang memiliki pengaruh terhadap perilaku
seseorang dan yang paling utama yaitu anak-anak. Karena di dalam lingkungan
keluarga setiap anggota dari keluarga terutama anak-anak diberikan berbagai
macam pendidikan supaya mampu menjadi seorang anak yang mandiri.
Secara etimologi, istilah remaja
meliputi dua istilah yang membedakan remaja itu sendiri, yaitu istilah pubertas
dan adolesen. Perbedaan ini berdasarkan peninjauan atas kematangan-kematangan
yang menonjol yang terjadi pada masa remaja itu. Istilah pubertas menunjukkan
kepada adanya psikis remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Moh. Surya (1990 :
89) bahwa pubertas (puberty) berasal dari kata pubes yang artinya “bulu”. Jadi
masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan jasmani seperti tambah bulu,
tinggi, dan berat badannya, kematangan organ-organ seks, dan sebagainya.
Sedangkan istilah adolesen diarahkan
dengan tumbuh kematangan atau kedewasaan yang meliputi seluruh aspek kepribadian
baik fisik maupun mental. Selanjutnya yang masih sama memberikan istilah remaja
dengan istilah pubertas dan adolesen ini ialah Y. Singgih D. Gunarso (1989 : 4)
bahwa remaja dapat disebut dengan pubertas, adolesen, dan youth.
Secara terminologi para ahli psikologi
tidak sama memberikan pengertian remaja. Hal ini disebabkan adanya pandangan
dalam meninjau masa remaja, selain itu situasi lingkungan kebudayaan tempat
remaja berada pun turut menentukan dalam pemberian batasan pengertian remaja.
D.
Analisis
Masa pra remaja ditandai dengan
meningkatnya cara berpikir kritis. Anak tanggung selalu menanyakan sebab-sebab,
akibat-akibat dengan cara menyanggah pendapat orang dewasa. Pada masa ini mudah
terjadi identifikasi yang sifatnya emosional dengan teman sebaya yang sejenis.
Minat dan aktivitas mulai mencerminkan jenisnya secara lebih jelas.
Pengendalian emosi dan kesediaan bertanggung jawab lebih terlihat melalui
perbuatan atau tindakan. Perkembangan anak berlangsung dengan cepat disertai
dorongan kuat untuk ekspansi diri dan berpetualan karena merasa bias dan
tangkas. Pengaruh kelompok sebaya sangat besar, sedangkan pengendalian dari
pihak orang tuda dan orang dewasa berkuraang. Anak tanggung sering menolak
segala hal yang dianggap baik oleh orang tua. Perilaku mengkritik orang tua
menyusahkan orang tua. Namun demikian anak tanggung tetap memerlukan kehangatan
dan keserasian dalam keluarga dirumah dan membutuhkan dukungan emosiona orang
tua bila mengalami kekecewaan dalam pergaulan. Pengertian orang tua sangat dibutuhkan
justru pada saat ia mengalami kepahitan hidup karena kegagalannya, menyesuaikan
dalam kelompok sebaya. Dalam hubungannya dengan saudara-saudara dirumah, mereka
lebih memperoleh kesan dari saudara yang lebih tua. Sebaliknya adik-adik tidak
dianggap, bahkan disuruh-suruh atau dihindari. Anak tanggung pada saat-saat
tertentu bias ramah, tetapi saat berikutnya siap tempur(berkelahi). Kadang-kadang mereka menyenangi perilaku yang
penuh kejutan-kejutan, ancaman dan perilaku mengganggu orang lain. Mereka mudah
mencari dukungan dari saudara ataupun teman untuk bersatu melawan orang tuan
atau guru. Dalam kehidupan keluara perlu diperhatikan agar ada komunikasi yang
baik, untuk memudahkan penyaluran kasih saying yang dibutuhkannya.
Pada masa ini, anak laki-laki dan
perempuan senang bergabung dengan mereka yang sebaya, jenis dan status yang
sama. Mereka cepat membentuk hubungan-hubungan emosional dan membanggakan
temannya atau kelompok mereka. Kalau pengaruh kelompok bertambah dan sebaliknya
pengaruh orang tua berkurang, maka identifikasi terhadap orang tua beralih ke
identifikasi kelompok. Ikatan dengan teman sebaya ditandai dengan loyalitas dan
solidaritas yang kuat dan mengurangi pengaruh orang tua, sehingga kehidupan
kelompok sangat berkesan terhadap perkembangan kepribadian. Pengaruh keluarga
atau orang tua dan pengaruh kelompok bersama-sama membentuk sikap dan minatnya.
Seyogyanya kedua pengaruh ini saling mendukung, tetapi sering kali keduanya
justru berlawanan, sehingga mengakibatkan timbulnya konflik dan cemas pada
anak.
E.
Kesimpulan
Pada era globalisasi dan modernisasi
yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam
segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan sendirinya segala perubahan
tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan individu. Perubahan yang begitu
cepat memberikan konsekwensi bagi individu untuk dapat menye-suaikan diri
dengan tuntutan lingkungan yang makin lama makin meningkat. Demikian juga
dengan keadaan di lndonesia; hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan
nilai-nilai sosial budaya. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia ini, generasi muda sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita
pembangunan perlu diperhatikan. Hal ini sejalan dengan posisi generasi muda
sebagai kader bangsa yang tangguh, ulet serta bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan pada mereka. Membentuk individu yang
berkualitas dan matang baik secara intelektual, emosional, dan sosial bukan
merupakan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tetapi
memerlukan suatu proses yang melibatkan peran lingkungan, mulai dari individu
tersebut lahir sampai mencapai usia dewasa.
F.
Referensi
Gunarsa,
Singgih D.2004. Psikologi Praktis anak, remaja, dan keluarga.Jakarta : Gunung
Mulia
Gunarsa,
Singgih D.2008. Psikologi perkembangan anak dan remaja .Jakarta : Gunung Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar